Slingadigital.com – Apa itu Keris Rucah? Pembahasan Lengkap. Keris, sebagai salah satu warisan budaya Nusantara, memiliki banyak jenis dengan berbagai simbolisme dan fungsi. Salah satu di antaranya yang menarik perhatian adalah Keris Rucah. Mungkin bagi sebagian orang, istilah ini masih terdengar asing, tetapi bagi para pecinta keris dan penggemar sejarah budaya, Keris Rucah memiliki tempat tersendiri.
Artikel ini akan menjelaskan apa itu Keris Rucah, menggali asal-usulnya, serta mengungkap makna di balik pembuatannya. Melalui pembahasan ini, diharapkan pembaca dapat lebih memahami kekayaan filosofi dan nilai budaya yang terkandung dalam salah satu pusaka tradisional Indonesia ini.
Apa itu Keris Rucah?
Dalam dunia perkerisan, ada banyak istilah yang digunakan untuk mengklasifikasikan berbagai jenis keris berdasarkan kualitas dan sejarahnya. Salah satu istilah yang sering kali dihindari dalam pergaulan para pecinta keris adalah “Keris Rucah.” Keris Rucah merupakan sebutan bernuansa sinis yang merujuk pada keris-keris bermutu rendah. Istilah ini muncul dari penilaian objektif terhadap kualitas keris, namun biasanya digunakan oleh mereka yang sudah terbiasa melihat atau memiliki keris-keris bermutu tinggi.
Namun, dalam etika pergaulan antar pecinta keris, memberikan penilaian negatif terhadap keris milik orang lain dianggap kurang sopan, terutama jika dilakukan tanpa kehadiran pemiliknya. Oleh karena itu, penggunaan istilah keris rucah sangat jarang ditemui dalam interaksi sosial antar kolektor dan penggemar keris, kecuali jika pemilik keris tersebut secara langsung meminta penilaian.
Keris yang dikategorikan sebagai keris rucah biasanya dibuat dengan teknik yang tidak sesuai dengan standar pembuatan keris tradisional. Misalnya, keris yang dibuat melalui proses cetak atau cor, yang mengabaikan pakem bentuk dan teknik tempa yang benar, sering kali dianggap sebagai keris rucah. Selain itu, keris yang menggunakan bahan baku besi dan pamor dengan kualitas rendah juga sering dimasukkan dalam kategori ini. Bahkan, beberapa orang menganggap keris tua yang telah rusak atau kurang terpelihara juga termasuk keris rucah.
Meskipun sebutan ini mungkin terdengar merendahkan, memahami apa yang dimaksud dengan keris rucah dapat membantu kita lebih menghargai nilai dan keunikan setiap keris. Hal ini juga mengajarkan pentingnya menjaga etika dalam berinteraksi dengan sesama pecinta keris, serta menghormati warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Empu Dari Zaman Ke Zaman
Istilah “empu” memiliki dua makna utama. Pertama, digunakan sebagai gelar kehormatan, seperti dalam nama Empu Sedah atau Empu Panuluh. Kedua, berarti seorang ahli, khususnya dalam pembuatan keris. Dalam konteks ini, kita akan membahas “empu” sebagai seorang ahli dalam seni pembuatan keris.
Dengan adanya berbagai nama keris yang tercatat, tentu saja ada para empu yang menciptakannya. Pertama-tama, penting untuk memahami tahapan-tahapan zaman ketika keris tersebut dibuat, kemudian meneliti bahan yang digunakan, serta ciri khas dalam proses pembuatannya. Ilmu yang digunakan untuk mempelajari hal ini disebut “Tangguh.” Dengan ilmu tangguh, kita dapat mengidentifikasi nama-nama para empu dan hasil karya mereka, yang berupa bilah keris, pedang, tombak, dan senjata lainnya.
Berikut adalah tahapan-tahapan zaman yang berhubungan langsung dengan perkembangan seni pembuatan keris:
- Kuno (Budho) tahun 125 M – 1125 M
Meliputi kerajaan-kerajaan: Purwacarita, Medang Siwanda, Medang Kamulan, Tulisan, Gilingwesi, Mamenang, Penggiling Wiraradya, Kahuripan, dan Kediri. - Madyo Kuno (Kuno Pertengahan) tahun 1126 M – 1250 M
Meliputi kerajaan-kerajaan: Jenggala, Kediri, Pajajaran, dan Cirebon. - Sepuh Tengah (Tua Pertengahan) tahun 1251 M – 1459 M
Meliputi kerajaan-kerajaan: Jenggala, Kediri, Tuban, Madura, Majapahit, dan Blambangan. - Tengahan (Pertengahan) tahun 1460 M – 1613 M
Meliputi kerajaan-kerajaan: Demak, Pajang, Madiun, dan Mataram. - Nom (Muda) tahun 1614 M – sekarang
Meliputi kerajaan-kerajaan: Kartasura dan Surakarta.
Tahapan-tahapan zaman kerajaan ini memiliki kaitan erat dengan perkembangan seni pembuatan keris. Setiap zaman memiliki empu-empu tertentu yang bertugas menciptakan keris dengan ciri khasnya masing-masing. Ciri khas ini tampak pada teknik pembuatan dan kualitas besi yang digunakan. Kualitas besi menjadi ciri yang paling menonjol, sesuai dengan tingkat teknologi pengolahan besi pada zamannya, serta penggunaan bahan pamor yang juga berkembang.
Pada awalnya, bahan pamor yang digunakan adalah batu meteor atau “batu bintang” yang ditumbuk halus seperti tepung. Selanjutnya, ditemukan penggunaan titanium, sejenis logam berwarna putih seperti perak, yang juga digunakan sebagai bahan pamor. Titanium dikenal keras dan tahan karat, sehingga sangat baik untuk bahan pamor. Karena pertama kali ditemukan di Prambanan, pamor ini disebut “Pamor Prambanan.” Keris dengan Pamor Prambanan dapat dipastikan berasal dari zaman Nom, karena pamor tersebut ditemukan pada masa Kerajaan Mataram Kartasura (1680-1744).
Jenis-Jenis Bahan Besi Keris Pusaka
Pembuatan pusaka atau keris pada zaman dahulu merupakan sebuah proses yang sangat rumit dan memerlukan keterampilan tinggi. Besi yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan keris bukanlah besi biasa. Setidaknya, terdapat tujuh jenis besi yang secara tradisional digunakan dalam pembuatan keris pusaka.
Fahrurrazi Suryoningprang, seorang pemerhati sejarah keris pusaka di Sumenep, menjelaskan, “Ada besi kuning, besi pulosani, besi malelo, besi karang kijang, besi karang semut, besi sambojo, dan besi galintung.”
Ketujuh jenis besi ini berasal dari berbagai tempat yang berbeda, masing-masing memiliki sejarah dan asal usul yang unik. Misalnya, besi kuning, yang menurut sejarah berasal dari negeri China. Besi pulosani dikatakan berasal dari Pulau Asin, sementara besi Karang Kijang dan Karang Semut berasal dari pulau-pulau yang sesuai dengan nama mereka, yakni Pulau Karang Kijang dan Pulau Karang Semut.
Fahrurrazi juga menambahkan, “Besi Sambojo menurut kisah kuna berasal dari negeri Kamboja atau Campa, sedangkan besi Galintung konon berasal dari sebuah daerah bernama Galintung di Tanah Hindu.”
Selain ketujuh jenis besi tersebut, ada juga besi yang tidak berasal dari bumi melainkan dari langit, yang dikenal sebagai meteor. Batu meteor ini disebut sebagai “besi pamor” dan digunakan untuk membuat pamor pada bilah keris. Pamor merupakan pola dekoratif yang menjadi salah satu ciri khas dalam keris dan memiliki makna simbolis tertentu.
Fahrurrazi mengungkapkan bahwa pembuatan keris pusaka biasanya tidak menggunakan satu jenis besi saja. Sebaliknya, sebuah pusaka sering kali dibuat dari campuran beberapa jenis besi. “Biasanya sebuah pusaka dibuat dari campuran dua atau lebih jenis besi. Setiap jenis besi diyakini memiliki karakter atau tabiat yang berbeda-beda,” jelasnya.
Campuran berbagai jenis besi ini tidak hanya memberikan kekuatan dan keindahan pada keris, tetapi juga diyakini mempengaruhi energi dan khasiat dari keris tersebut. Setiap jenis besi dipercaya membawa sifat atau energi tertentu yang kemudian menyatu dalam keris, menjadikannya lebih dari sekadar senjata, tetapi juga sebuah pusaka dengan nilai spiritual yang tinggi.
Penutup
Sebagai warisan budaya yang kaya akan nilai sejarah dan spiritual, Keris Rucah menjadi salah satu benda pusaka yang memiliki daya tarik tersendiri. Dengan memahami apa itu Keris Rucah, kita tidak hanya mengenal bagian dari kekayaan budaya Nusantara, tetapi juga menghargai nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya.
Keris Rucah tidak sekadar merupakan senjata, melainkan simbol kebijaksanaan, kekuatan spiritual, dan hubungan mendalam antara manusia dengan alam semesta. Melalui pelestarian dan penghormatan terhadap keris ini, kita turut menjaga warisan leluhur yang sarat akan makna dan petuah bagi generasi mendatang.