Santri Sami'na Wa Atho'na

Santri Sami’na Wa Atho’na: Santri Yang Taat

Posted on

SlingaDigital – Santri Sami’na Wa Atho’na: Santri Yang Taat. Santri Sami’na Wa Atho’na merupakan pilar utama dari tradisi pesantren di Indonesia. Mereka adalah para siswa yang tidak hanya mendengarkan ajaran, tetapi juga mentaati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kesetiaan dan kepatuhan mereka terhadap ajaran agama dan nilai-nilai pesantren membentuk karakter yang kuat dan bermartabat.

PAda Artikel Kali ini SlingaDigital akan membahas peran penting santri Sami’na Wa Atho’na dalam mewujudkan pendidikan agama yang kokoh dan memperkuat pondasi keimanan. Dari kedisiplinan dalam menjalankan ibadah hingga kontribusi mereka dalam kehidupan sosial dan kultural di pesantren, mari kita selami lebih dalam bagaimana santri Sami’na Wa Atho’na menjadi pilar keberhasilan pesantren di Indonesia.

 

Apa Itu Santri Sami’na Wa Atho’na

Santri memang selalu dikaitkan dengan pesantren, karena seseorang tidak bisa disebut sebagai santri sebelum dia menimba ilmu agama di pesantren. Namun, hakikat sejati dari seorang santri sebenarnya lebih dalam. Seorang santri adalah seseorang yang belajar dari guru agamanya, mengamalkan ilmunya, dan memberikan manfaat kepada banyak orang. Itulah yang sebenarnya mendefinisikan seorang santri.

Menurut Habib Umar bin Hafidz, santri dapat dibagi menjadi dua kategori:

1. Santri Jasadiyah
2. Santri Ruhiniyah

Santri Jasadiyah adalah mereka yang belajar ilmu agama secara langsung dari guru mereka. Di sisi lain, Santri Ruhiniyah adalah individu yang tidak pernah belajar langsung dari seorang guru, namun mereka memiliki rasa cinta dan kagum kepada salah satu ulama. Mereka mengikuti akhlaknya, mendengar, dan menjalankan nasihat-nasihat dakwahnya, bahkan jika hanya melalui video atau kutipan-kutipan hikmah lainnya. Sebagai contoh, seseorang yang sangat mengagumi Guru Mulia Alhabib Umar bin Hafidz.

Baca Juga:  Pengertian Sholawat Pamungkas

Santri Sami’na Wa Atho’na adalah ungkapan dalam bahasa Arab yang berarti “Kami mendengar dan kami taat”. Ungkapan ini merupakan sikap dan komitmen dari para santri atau pelajar di pesantren untuk mendengarkan dengan penuh perhatian dan mentaati ajaran dan pengajaran yang diberikan oleh para guru atau kyai di pesantren.

Hal ini mencerminkan pentingnya ketaatan dan kepatuhan dalam proses pendidikan dan pengembangan spiritual di lingkungan pesantren. Santri yang mengucapkan Sami’na Wa Atho’na menunjukkan kesediaan untuk belajar dan mengamalkan ajaran Islam secara sungguh-sungguh.

 

Menjadi Santri Yang Sami’na Wa Atho’na

Menjadi Santri yang Sami’na Wa Atho’na merupakan suatu kehormatan dan tanggung jawab yang besar. Ini berarti kita tidak hanya mendengarkan ajaran yang disampaikan oleh guru atau kyai di pesantren, tetapi juga bersedia untuk mentaati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu seseorang menjadi santri yang Sami’na Wa Atho’na:

1. Memiliki Niat Yang Kuat

Niat yang tulus dan kuat untuk belajar dan mengamalkan ajaran agama Islam merupakan langkah pertama menjadi santri yang Sami’na Wa Atho’na.

2. Kesediaan Mendengarkan dengan Khusyuk

Ketika mendengarkan pengajaran dari guru atau kyai, berikan perhatian penuh. Jangan hanya mendengarkan secara fisik, tetapi juga dengan hati dan pikiran yang khusyuk.

3. Mempertanyakan dengan Hikmah

Jika ada hal-hal yang kurang jelas atau ingin diketahui lebih dalam, jangan ragu untuk bertanya kepada guru atau kyai. Namun, tanyakan dengan sopan dan penuh hikmah.

4. Mempraktikkan Ajaran

Yang terpenting adalah mengamalkan ajaran yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Ini termasuk dalam hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan seluruh ciptaan-Nya.

5. Bersikap Tawadhu’ dan Hormat

Menunjukkan sikap tawadhu’ atau rendah hati, serta menghormati para guru dan sesama santri adalah sifat-sifat yang penting dalam kehidupan santri.

Baca Juga:  Panduan Lengkap Tata Cara Mengamalkan Bismillah Tuo

6. Berlaku Adil dan Berkompromi

Menjadi santri yang adil dalam sikap dan tindakan, serta mampu berkomunikasi dan berdiskusi dengan bijak adalah hal yang sangat dihargai.

7. Konsistensi dan Kesabaran

Proses pembelajaran dan pengamalan ajaran agama tidak selalu mudah. Konsistensi dan kesabaran adalah kunci untuk tetap taat dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

8. Doa dan Tawakal

Selalu berdoa kepada Allah SWT untuk diberi kemampuan dalam mengamalkan ajaran agama dengan baik. Bersandarlah kepada-Nya dalam setiap langkah yang diambil.

Menjadi Santri yang Sami’na Wa Atho’na adalah sebuah perjalanan spiritual yang membutuhkan dedikasi dan kesungguhan. Dengan kesungguhan dan ketulusan, seseorang dapat mencapai tujuan ini dan mendapatkan manfaat yang besar dari pendidikan agama di pesantren.

Seorang santri adalah pewaris perjuangan dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, seorang santri harus sepenuh hati mengabdikan dirinya untuk melanjutkan misi dakwah Rasulullah SAW.

Tidak boleh terjadi bahwa seorang santri mendalami ilmu agama semata karena keinginan untuk dipanggil sebagai ulama, ustadz, kiyai, atau sejenisnya. Lebih-lebih lagi, ilmu agama tidak boleh dijadikan sebagai alat untuk debat atau pamer kehebatan.

 

Penutup

Itulah beberapa informasi tentang Santri Sami’na Wa Atho’na: Santri Yang Taat yang bisa SlingaDigital Bagikan. Seorang santri adalah seorang murid, dan sebagai murid, ia harus mengikuti apa yang dikatakan oleh gurunya. Prinsip “Sami’na Wa Atho’na (kami dengar dan kami taat)” harus dipegang teguh. Dengan memegang teguh prinsip ini, santri akan mendapati berkah dalam ilmunya. Jarang sekali seorang santri memiliki ilmu namun tidak ada berkah di dalamnya, karena itu tergantung pada ketaatan dan ketaatannya kepada guru.

Baca Juga:  Lirik Qasidah Allahu Allah Wa Ni'mal Wali Waliha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *