Mengenal Keris Combong

Mengenal Keris Combong Secara Lengkap

Posted on

Slingadigital.com – Mengenal Keris Combong Secara Lengkap. Keris Combong merupakan salah satu jenis keris yang memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi fisik maupun nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Berbeda dengan keris pada umumnya, Keris Combong dikenal dengan lubang atau cekungan (combong) yang terdapat pada bilahnya. Lubang ini bukan sekadar cacat, melainkan memiliki makna dan fungsi tertentu dalam tradisi dan kepercayaan masyarakat Nusantara.

Artikel ini akan mengajak Anda untuk mengenal Mengenal Keris Combong, mulai dari sejarah, proses pembuatan, hingga simbolisme yang melekat padanya. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai keajaiban dan misteri yang dimiliki oleh keris istimewa ini.

Mengenal Keris Combong

Keris Combong merujuk pada jenis keris yang memiliki pola retakan atau pecah di tengah bilahnya, yang dalam bahasa Jawa disebut “mlethek.” Retakan ini menciptakan celah membujur pada bilah keris, dan keris-keris semacam ini dikenal dalam dunia perkerisan sebagai keris pamengkang jagad. Umumnya, keris combong memiliki pamor dengan garis-garis miring, seperti pamor adeg, junjung derajad, ujung gunung, pandhita bala pandhita, dan sejenisnya.

Persepsi tentang keris combong cukup beragam. Sebagian orang menganggap keris ini sebagai keris gagal atau cacat tempa, karena keretakan bisa terjadi akibat suhu yang tidak memadai selama proses penempaan. Ketika suhu tidak cukup tinggi, besi dan lapisan pamor tidak dapat menyatu dengan sempurna, dan saat keris dipanaskan, ikatan antara besi dan pamor dapat terlepas, menyebabkan keris retak.

Namun, di sisi lain, keris combong juga memiliki tempat khusus dalam dunia metafisika. Seperti halnya batu akik combong yang diyakini memiliki energi bawaan, keris combong sering dianggap sebagai jimat dengan energi spiritual tertentu, seperti pengasihan dan perlindungan. Beberapa penggemar keris dari aliran esoteri percaya bahwa keris combong memiliki kekuatan khusus dalam hal pengasihan, yang dapat membuat pemiliknya lebih menarik bagi lawan jenis atau lebih disayangi oleh orang sekitar. Ada juga kepercayaan bahwa keris pamengkang jagad dapat memperkuat atau memperluas tuah bawaan yang dimilikinya, mempengaruhi tidak hanya pemiliknya tetapi juga lingkungan sekitarnya.

Baca Juga:  Cara Mengamalkan Asma’ Air Nabi Khidir : Secara Lengkap

Di Sumatra Timur, Kepulauan Riau, khususnya Pulau Bintan, serta di Sabah, Serawak, Brunei, dan Semenanjung Malaya, keris combong dikenal dengan nama keris Tetarapan atau Pemangkang. Di kawasan ini, keris ini dipercaya memiliki kemampuan khusus, seperti memikat hati wanita. Konon, jika seorang pria melihat gadis pujaannya melalui celah retakan keris Pemangkang, gadis tersebut akan jatuh cinta kepadanya. Kepercayaan ini menunjukkan betapa dalamnya keris combong memiliki makna dan kekuatan yang diyakini dalam berbagai tradisi dan budaya.

Filosofi Keris Combong

Keris Combong sering kali dipahami secara keliru sebagai simbol egosentrisme atau penguasaan dunia, dengan retakan pada bilahnya yang diimajinasikan mirip dengan mulut vagina perempuan, seolah-olah merepresentasikan penaklukan seksual. Penafsiran ini mungkin mereduksi makna mendalam dari keris ini, yang sebenarnya mencerminkan konsep spiritual yang jauh lebih kaya.

Secara spiritual, keris combong mengandung makna yang lebih sederhana namun mendalam. Retakan pada bilahnya, yang dikenal sebagai “pamengkang jagad,” lebih tepatnya melambangkan sebuah celah atau pintu—dalam hal ini, sebuah ‘gua garba.’ Dalam konteks ini, ‘gua’ berarti pintu atau ruang di dalam, sedangkan ‘garba’ berarti perut. Gua garba dapat diartikan sebagai pintu yang berada di dalam perut ibu, yakni celah kemaluan ibu tempat bayi berada sebelum lahir.

Secara metaforis, gua garba merupakan simbol dari proses kelahiran yang gaib dan ajaib. Setelah bayi tumbuh dan berkembang selama lebih dari sembilan bulan di dalam kandungan ibu, proses kelahiran menandai permulaan perjalanan hidup manusia. Dari titik inilah ruh ditiupkan, menandai awal kehidupan manusia hingga akhirnya kembali kepada penciptanya. Gua garba melambangkan asal mula manusia dan kemanusiaan itu sendiri.

Dalam bahasa Indonesia, rahim (yang etimologinya berasal dari bahasa Arab, yaitu “rahima”) berarti kantung peranakan yang mengandung janin bayi. Kata ‘rahim’ juga mengandung makna “mengasihi,” “memahami,” “menyayangi,” “mencintai,” “menghargai,” dan “menghormati.” Dalam konteks spiritual, Tuhan menggunakan kata rahim untuk menunjukkan hubungan-Nya dengan ciptaan-Nya, dengan sifat feminin yang penuh kasih sayang. Tuhan, sebagai Ibu dari segala manusia, memiliki sifat “rahman” dan “rahiim”—maha penyayang kepada semua ciptaan-Nya, mirip dengan kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya.

Baca Juga:  Ciri dan Khasiat Kayu Nagasari Asli

Dengan memahami simbolisme pada keris combong, kita diundang untuk melihat dimensi lain dari keberadaan kita. Ini adalah ajakan untuk merenungkan asal-usul kita dan menyadari bahwa kasih sayang merupakan bahasa universal yang melampaui sekadar aspek seksual. Filosofi ini mengajak kita untuk mengapresiasi keajaiban kelahiran dan kehidupan, serta hubungan spiritual antara pencipta dan ciptaan-Nya.

Pamor Ngulit Semangka Nggajih

Pamor Ngulit Semangka Nggajih adalah istilah dalam dunia perkerisan yang merujuk pada tampilan pamor yang menyerupai kulit semangka dengan kesan lemak di permukaan bilah keris. Dalam konteks ini, kata “nggajih” berarti menyerupai lemak atau berminyak. Dengan demikian, pamor yang tampak seperti lemak kering atau memiliki tekstur yang mirip dengan kulit semangka kering disebut pamor nggajih. Jenis pamor ini termasuk dalam kategori pamor yang tampak berlemak atau berminyak, yang dapat mencakup pola seperti pamor wos wutah nggajih atau ngulit semangka nggajih.

Sebagian ahli perkerisan berpendapat bahwa keris yang memiliki pamor nggajih sering kali menggunakan bahan material yang relatif sederhana atau mudah ditemukan, seperti pasir besi dari pantai. Proses pembuatan pamor ini juga cenderung lebih sederhana atau tradisional. Hal ini mungkin disebabkan oleh penggunaan teknik pemrosesan (smelting) yang lebih rudimenter, di mana logam yang digunakan memiliki titik lebur lebih rendah dibandingkan dengan besi.

Dalam buku Pakem Pengetahuan Tentang Keris oleh Koesni, jenis pamor nggajih dijelaskan dengan rinci. Koesni mencatat bahwa pamor ini diterapkan dengan cara yang dikenal sebagai “luluhan,” yaitu dengan meluluhkan bubukan pamor di atas wilahan (bilah keris). Proses ini mungkin tampak sederhana, tetapi memerlukan ketelitian dan keahlian tinggi dari empu (pembuat keris).

Proses pembuatan pamor nggajih adalah sebagai berikut:

  1. Persiapan Bubukan Pamor:
    Lempengan pamor atau bubukan pamor disiapkan terlebih dahulu. Biasanya, bubukan ini bukan berasal dari batu meteorit tetapi dari logam dengan titik lebur yang lebih rendah daripada besi.
  2. Pemanasan Wilahan:
    Wilahan dibakar hingga panas membara. Ketika suhu sudah cukup tinggi, bubukan pamor segera dituangkan dari pangkal wilahan menuju ke bagian pucuk.
  3. Penerapan Pamor:
    Bubukan pamor dituangkan dan dibiarkan mencair hingga membentuk pola di wilahan. Selama proses ini, keris digerakkan sesuai dengan inspirasi batin empu, memastikan pamor mengalir dengan lancar hingga ujung wilahan.
  4. Penanganan Akhir:
    Setelah pamor mencapai ujung, ada dua kemungkinan tindakan yang diambil oleh empu. Pamor bisa diluluhkan kembali ke arah pangkal, atau hanya dituangkan sekali tanpa perlu proses tambahan. Teknik ini dikenal sebagai pamor luluhan, di mana tidak diperlukan tekanan tambahan dari jari atau alat lainnya.

Teknik pengetrapan pamor seperti ini biasanya dilakukan oleh empu luar keraton atau empu desa, yang juga dikenal dengan sebutan empu Njawi. Setelah proses selesai, pamor yang dihasilkan disebut “pamor nggajih,” dengan tampilan yang khas dan kualitas yang bergantung pada keterampilan empu dalam membuat gambar yang berkualitas tinggi.

Baca Juga:  Doa Semar Mesem Pemikat

Kesimpulan

Dalam perjalanan kita mengenal keris Combong, kita telah mengeksplorasi kekayaan sejarah dan makna yang terikat pada senjata pusaka ini. Dari bentuk dan desain yang unik, hingga fungsinya dalam budaya dan spiritualitas, keris Combong tidak hanya merupakan artefak bersejarah, tetapi juga simbol kekuatan dan kehormatan. Keberadaan keris Combong dalam tradisi Indonesia mengajarkan kita tentang kedalaman warisan budaya dan nilai-nilai yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Dengan memahami lebih dalam mengenai keris Combong, kita tidak hanya menghargai keindahan fisiknya, tetapi juga meresapi makna yang lebih dalam dari setiap ukiran dan simbol yang ada. Ini adalah kesempatan untuk menghormati dan melestarikan tradisi yang kaya serta menjadikannya bagian dari identitas dan kebanggaan kita. Semoga pengetahuan yang diperoleh tentang keris Combong dapat memperkaya wawasan kita tentang budaya dan sejarah bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *