Slingadigital.com – Mengenal Tombak Nenggala Majapahit. Tombak Nenggala Majapahit adalah salah satu artefak bersejarah yang mencerminkan kemegahan dan kejayaan Kerajaan Majapahit. Dikenal karena keunikan desain dan kekuatan mistisnya, tombak ini tidak hanya berfungsi sebagai senjata perang, tetapi juga sebagai simbol kekuasaan dan kebijaksanaan. Seiring dengan kemegahan kerajaan yang pernah berdiri di Nusantara, Tombak Nenggala Majapahit menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang sejarah dan budaya yang kaya.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi keistimewaan dan makna mendalam di balik Tombak Nenggala Majapahit, serta bagaimana artefak ini terus mempengaruhi dan menginspirasi pengagumnya hingga hari ini.
Tombak Nenggala Majapahit
Nenggala, yang juga dikenal sebagai nenggolo, saeng, sambing, atau ganthol, adalah sejenis senjata tombak dengan bentuk menyerupai mata kail (pancing) dan memiliki mata tajam yang umumnya berjumlah satu hingga tiga. Meskipun bentuk dasar nenggala tampak sederhana, variasinya sangat beragam. Buku-buku dhapur keris dan tombak lama tidak memberikan rujukan pasti mengenai pakem dhapur nenggala, setidaknya hingga saat ini, penulis belum menemukan referensi yang definitif. Berdasarkan informasi yang beredar di kalangan pecinta keris, terdapat dua jenis Nenggala. Yang pertama adalah Nenggala Jaler, yang memiliki bentuk lebih kaku dengan bagian menuju mata tombak yang lurus tanpa daunan. Sedangkan yang kedua, adalah Nenggala Estri, yang lebih ramping dan fleksibel, dengan bagian menuju mata tombak yang berlekuk dan memiliki daunan, mirip dengan “angkusa” senjata dari India. Konon, Tombak Nenggala Estri selalu disimpan di rumah, sementara Nenggala Jaler akan menemani pemiliknya dalam bepergian, berburu, atau berperang.
Menurut mitos yang tercantum dalam Serat Sejarah Mpu, seperti dalam dhandhanggula bait 6-8 oleh Kg Pangeran Widjil, Nenggala bersama dengan pusaka lainnya yang terkenal dalam dunia pakeliran, seperti Konta, Pasopati, Sarotama, Cakra, dan Trisula, pertama kali diciptakan oleh Empu Ramayadi pada masa pemerintahan Sang Prabu Sri Maha Dewa Budha.
Dalam dunia pewayangan, Nenggala Kunta yang dipasangkan dengan Gada Alugara adalah senjata yang dimiliki oleh Baladewa, ksatria tangguh yang mewarisi kekuatan dewa-dewa dari seluruh angkasa. Meskipun Baladewa memiliki hubungan erat dengan Pandawa, terutama karena adiknya, Dewi Subadra, adalah salah satu istri Arjuna, dan Raja Mandura ini dikenal sangat sakti mandraguna, serta ahli menggunakan gada, ia tidak menggunakan keahliannya dalam pertempuran saudara Bharata Yudha. Dikisahkan bahwa suatu ketika, Baladewa memperlihatkan Nenggala kepada dunia, dan ribuan dewa berkuda awan turun untuk menghentikannya, mengingatkan Baladewa untuk tidak sembarangan memamerkan pusaka tersebut. Pesan ini mengajarkan bahwa kemampuan yang dimiliki harus digunakan pada saat yang tepat dan bukan untuk dipamerkan. Nenggala dipercaya memiliki kekuatan luar biasa untuk menghancurkan gunung, membelah lautan, dan mengakhiri nasib matahari hanya dengan sekali tebas. Harapan yang terkandung di dalamnya adalah untuk menjadi pribadi yang dihormati, serta mampu menghadapi dan mengatasi berbagai hambatan dan rintangan yang ada.
4 Tombak Pusaka Milik Raja Majapahit
Beberapa pusaka milik Raja Majapahit ini dipercayai menyimpan berbagai kekuatan serta sejarahnya. Pusaka ini merupakan senjata tradisional. Sebagai senjata tikam yang mematikan, pusaka yang umumnya merupalan tombak ini terkadang dijadikan koleksi atau benda sejarah.
Berikut adalah daftar pusaka milik Raja Majapahit yang didasarkan pada berbagai sumber:
1. Pataka Sang Dwija Naga Nareswara
Pataka ini berasal dari era Kerajaan Singasari pada abad ke-12 hingga ke-13 Masehi. Setelah Kerajaan Singasari runtuh, pataka ini diwarisi oleh Kerajaan Majapahit (Wilwatikta). Pataka Sang Dwija Naga Nareswara dikenal karena nilai sejarah dan mistisnya yang tinggi, menjadi simbol kekuasaan dan kemegahan Kerajaan Majapahit. Pataka ini sering dianggap sebagai lambang otoritas dan kehormatan dalam pemerintahan Majapahit.
2. Pataka Sang Hyang Baruna
Pataka ini juga berasal dari zaman Kerajaan Singasari, sekitar abad ke-12 hingga ke-13 Masehi, dan kemudian diwarisi oleh Kerajaan Majapahit. Pataka ini terbuat dari bahan tembaga dan berbentuk sebuah tombak, dikenal sebagai Tombak Pataka Nagari. Keunikan pataka ini terletak pada dua mata tombak kembar yang terletak di atas kepala dan ekor naga. Pataka Sang Hyang Baruna sering diasosiasikan dengan kekuatan dan perlindungan, serta digunakan dalam upacara-upacara penting.
3. Pataka Sang Padmanaba Wiranagari
Pataka ini juga dibuat pada era Kerajaan Singasari dan diwarisi oleh Kerajaan Majapahit. Pataka Sang Padmanaba Wiranagari terkenal karena perannya dalam ekspedisi Pamalayu. Senopati Majapahit berhasil merebut kembali pataka ini dari Kerajaan Jayakatwang Kediri. Pataka ini merupakan simbol kemenangan dan keberanian, mencerminkan kejayaan Majapahit dalam pertempuran dan politik.
4. Pataka Sang Hyang Naga Amawabhumi
Pataka ini memiliki makna “orang yang menguasai negara” dan mencerminkan kekuasaan dan otoritas tertinggi dalam pemerintahan. Dalam Mukadimah Kutara Manawa, sebuah undang-undang pada masa Majapahit, dinyatakan bahwa Sang Amawabhumi harus memiliki keteguhan hati dalam menetapkan besar kecilnya denda dan memastikan keadilan ditegakkan. Pataka ini berfungsi sebagai pengingat bagi pemimpin untuk bertindak adil dan bijaksana dalam menjalankan pemerintahan.
Setiap pataka ini bukan hanya merupakan artefak sejarah, tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam, mencerminkan kekuatan, kekuasaan, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh Kerajaan Majapahit.
Penutup
Sebagai salah satu pusaka yang sarat dengan nilai sejarah dan mistis, Tombak Nenggala Majapahit memancarkan aura keagungan dan kekuatan yang tak tertandingi. Berasal dari era kejayaan Majapahit, tombak ini tidak hanya merupakan alat perang, tetapi juga simbol kekuasaan dan kehormatan. Dengan desain yang unik dan detail yang cermat, Tombak Nenggala Majapahit menawarkan gambaran mendalam mengenai budaya dan spiritualitas kerajaan masa lalu.
Memahami dan melestarikan warisan ini tidak hanya membantu kita menghargai sejarah, tetapi juga menghubungkan kita dengan energi dan kepercayaan yang membentuk identitas bangsa. Semoga penjelasan tentang Tombak Nenggala Majapahit ini memberikan wawasan baru dan menginspirasi kita semua untuk lebih menghargai kekayaan budaya dan spiritual yang dimiliki oleh bangsa kita.