Pantangan Ilmu Al Hikmah

Pantangan Ilmu Al Hikmah : Pemahaman Lengkap

Posted on

Slingadigital.com – Pantangan Ilmu Al Hikmah : Pemahaman Lengkap. Dalam dunia spiritual dan keilmuan, pantangan Ilmu Al Hikmah menjadi salah satu aspek penting yang harus dipahami oleh setiap praktisi. Ilmu Al Hikmah, yang dikenal sebagai ilmu kebijaksanaan, tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga menekankan pentingnya etika dan moralitas dalam penerapannya.

Setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam praktik Ilmu Al Hikmah harus selalu mempertimbangkan pantangan-pantangan tertentu agar tidak menimbulkan dampak negatif, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi berbagai pantangan yang harus diperhatikan dalam Ilmu Al Hikmah dan bagaimana menjaga keharmonisan antara pengetahuan dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.

Mengenal Ilmu Al Hikmah

Ilmu Al Hikmah merupakan sebuah pengetahuan yang mendalam mengenai Al-Qur’an dan Hadis, yang menekankan pada penerapan kebaikan untuk melampaui batas syariat hingga mencapai titik hakikat dan makrifat. Melalui pemahaman ini, seseorang diharapkan mampu menjadi pribadi yang arif dan cerdas, memiliki wawasan yang luas, dan dapat mengaplikasikan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang bijaksana.

Sebagaimana tercantum dalam Surat Al-Baqarah ayat 269, Allah menggarisbawahi pentingnya hikmah ini, di mana hikmah adalah karunia yang hanya diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Ayat tersebut berbunyi:

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

Artinya: “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman dalam tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”

Oleh karena itu, sebagai umat Muslim, sudah seharusnya kita mempelajari ilmu Al Hikmah. Tanpa pemahaman yang benar akan hikmah, banyak aspek kehidupan yang bisa menjadi berantakan dan salah kaprah. Kebangkitan spiritual dan kebenaran dalam beragama seringkali ditentukan oleh seberapa dalam kita memahami hikmah yang terkandung dalam ajaran agama.

Menurut guru besar Muhammad Quraish Shihab, kata “hikmah” diambil dari akar kata hakama, yang berarti menghalangi atau mengendalikan. Hal ini menunjukkan bahwa hikmah berfungsi sebagai panduan untuk mengarahkan kita kepada hal-hal yang baik dan menghindarkan kita dari keburukan. Dalam konteks ini, ilmu Al Hikmah menjadi sebuah proses yang dilalui seseorang dalam menempuh jalan kehidupan, baik dalam aspek agama maupun aktivitas sehari-hari.

Ketika seseorang menghadapi kesulitan, hikmah yang didapatkan dapat memberikan pelajaran berharga tentang kedewasaan dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Hikmah tidak hanya terkait dengan pengetahuan, tetapi juga mencakup pengalaman dan introspeksi yang mendalam.

Ibnu Katsir dan Al-Thabari, yang dikenal sebagai ahli tafsir terkemuka, juga memberikan pandangan mengenai hikmah ini. Mereka menyimpulkan bahwa meskipun ada berbagai interpretasi mengenai makna hikmah, pada dasarnya semua pendapat tersebut menunjukkan kesamaan dalam memahami bahwa Al Hikmah merupakan Al-Ishabah Fi Al-Umuri, atau kebijaksanaan dalam menangani berbagai urusan.

Baca Juga:  Mengenal Keris Brojol Pamor Wengkon Isen

Imam Al-Jurjani, dalam kitabnya yang berjudul Al-Ta’rifat, menjelaskan bahwa:

الحكمة هي علم يبحث فيه عن حقاءق الاشياء على ما هي عليه في الوجود بقدر الطاقة البشرية

Artinya: “Al-Hikmah adalah ilmu yang membahas hakikat-hakikat sesuatu sesuai dengan realitas yang ada dalam eksistensi, sejauh kemampuan manusia.” Pernyataan ini menekankan bahwa hikmah bukan hanya sekedar pengetahuan teoritis, melainkan juga melibatkan penghayatan dan pengamalan dalam kehidupan nyata, sehingga membuat seseorang mampu memahami dan menjalani hidup dengan bijaksana.

Dengan memahami dan mengamalkan ilmu Al Hikmah, kita bisa berharap untuk mencapai kehidupan yang lebih berarti, terarah, dan harmonis. Hikmah akan membimbing kita untuk tidak hanya mengetahui, tetapi juga memahami dan mengaplikasikan ajaran Allah dalam setiap aspek kehidupan, sehingga menjadikan kita pribadi yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi orang lain.

Pantangan Ilmu Al Hikmah

Berbicara tentang pantangan ilmu Al Hikmah, sebenarnya konsep ini cukup mudah untuk dipahami. Sebagai contoh, ketika seseorang berkeinginan untuk memperoleh kesehatan, ada beberapa aspek yang perlu dijaga, seperti pola pikir, pola makan, dan menghindari berbagai pantangan yang dapat mengganggu kesehatan. Dengan cara yang sama, seorang dokter ketika memberikan saran kepada pasiennya untuk mencapai kesembuhan akan menyederhanakan informasi sehingga pasien dapat memahami dengan baik. Prinsip yang sederhana ini juga berlaku bagi para penuntut ilmu Al Hikmah.

Tanpa menjaga pantangan-pantangan ini, seseorang tidak akan mencapai puncak keberkahan dari Allah SWT. Ini dapat dilihat dari seorang thalibul ‘ilmi yang telah lama menuntut ilmu, tetapi tidak mengalami peningkatan dalam hafalan hadisnya. Dalam perjalanan menuntut ilmu Al Hikmah, terdapat beberapa pantangan yang harus ditinggalkan, antara lain:

1. Takabur (Sombong)

Pantangan pertama dalam ilmu Al Hikmah adalah kesombongan. Al-Qayyim menjelaskan bahwa kesombongan yang timbul dari ilmu ini jauh lebih parah dibandingkan kesombongan yang berasal dari jabatan atau harta. Sifat sombong ini sering kali tidak tampak secara fisik, tetapi dapat mempengaruhi diterima atau tidaknya amal seseorang. Untuk menghindari kesombongan, seseorang harus meyakini bahwa ilmu yang dimilikinya adalah semata-mata bentuk pertolongan dari Allah. Sikap ini seharusnya memotivasi untuk bersyukur, bukan merasa lebih hebat dari orang lain.

2. Tawadhu (Rendah Hati)

Pantangan kedua adalah merasa perlu untuk selalu memproklamirkan ilmu yang telah diperoleh. Ini bukan berarti menyembunyikan ilmu, melainkan menunjukkan sikap rendah hati. Ketika seseorang memperoleh ilmu Al Hikmah baru dari guru atau alim, tidak pantas baginya untuk membanggakan diri dengan mengumumkan bahwa ia baru saja mendapatkan ilmu tersebut. Pantangan tawadhu ini juga terkait erat dengan pantangan pertama, di mana menghindari kesombongan menjadi penting untuk menjaga kesucian niat dalam belajar.

Baca Juga:  Mengenal Mustika Raja Serigala Ganas

3. Merasa Tidak Memiliki Ilmu

Pantangan terakhir adalah tidak bersikap seperti lalat atau babi yang hanya mencari dan melihat kesalahan orang lain tanpa memperhatikan kebaikan yang ada. Seorang penuntut ilmu Al Hikmah seharusnya bersikap adil terhadap orang lain saat menyampaikan ilmu. Penting untuk diingat bahwa kesalahan, baik dari guru maupun orang lain, tidak membuat seseorang berhak untuk menghakimi. Seringkali, sikap merasa paling benar dapat mengarah pada penilaian yang tidak adil. Oleh karena itu, sikap baik terhadap guru sangat penting; menghormati setiap perkataan dan perbuatan mereka. Jika menemui kesalahan, seharusnya disampaikan dengan cara yang baik dan lemah lembut.

Keberkahan yang Allah SWT berikan kepada penuntut ilmu sangat berkaitan dengan sikap mereka terhadap guru. Menghormati guru dan mengikuti petunjuknya dengan tulus merupakan langkah penting dalam meraih hikmah dan memahami ilmu secara mendalam. Dengan menjaga pantangan-pantangan ini, penuntut ilmu Al Hikmah akan mampu menjalani proses belajar yang lebih bermakna dan mendapatkan keberkahan yang berlimpah dari Allah SWT.

Dalam setiap langkah perjalanan menuntut ilmu, ingatlah bahwa sikap dan niat yang tulus merupakan kunci untuk mencapai pengetahuan yang hakiki dan membawa manfaat tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi masyarakat sekitar. Dengan menjaga kesadaran akan pantangan-pantangan ini, kita dapat lebih menghargai ilmu dan menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Cara Mengetes dan Mempelajari Ilmu Al Hikmah

Setelah memahami pantangan ilmu Al Hikmah, langkah selanjutnya adalah mempelajari ilmu ini secara mendalam. Seperti yang telah diketahui, pantangan-pantangan dalam ilmu hikmah dapat dipelajari melalui berbagai amalan, di antaranya adalah dzikir, tabarruk, menyendiri, membersihkan hati, serta bersikap bijaksana. Amalan-amalan ini sebaiknya dilakukan sesuai dengan petunjuk dari ulama atau guru yang berpengalaman dalam bidang ini.

Ilmu Al Hikmah bukan hanya sekadar pengetahuan teoritis, tetapi juga memiliki banyak manfaat yang mencakup segala aspek kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan mempelajari ilmu ini, seseorang dapat menemukan solusi untuk berbagai masalah kehidupan yang dihadapi, serta memperoleh kekuatan untuk menghadapi tantangan dan cobaan hidup. Hikmah akan membawa ketenangan dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, serta membimbing seseorang menuju jalan yang lebih baik.

Pada dasarnya, ilmu Al Hikmah berbeda dengan ilmu kesaktian yang sering dipamerkan oleh para pendekar. Dalam konteks ilmu Al Hikmah, kesombongan dan sikap merasa lebih hebat adalah dua pantangan utama yang harus dihindari. Justru, kesadaran akan kekurangan diri dan penerimaan bahwa segala ilmu berasal dari Allah adalah fondasi penting dalam mempelajari ilmu ini.

Salah satu cara efektif untuk mengetes dan mempelajari ilmu Al Hikmah adalah melalui transfer ilmu. Transfer ilmu merujuk pada proses belajar dari orang-orang yang ahli dalam bidang ini, di mana seorang penuntut ilmu harus memanfaatkan semua indera yang dimilikinya. Dalam praktiknya, transfer ilmu ini dapat dilakukan dengan beberapa cara:

Baca Juga:  Khasiat Ghaib Kayu Kaboa Sancang : Lengkap

  1. Mendengarkan Pengajaran Langsung
    Menghadiri pengajian, seminar, atau diskusi yang diadakan oleh para ahli dan ulama sangat penting untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. Dalam kegiatan ini, peserta dapat mendengarkan penjelasan, bertanya, dan berdiskusi langsung mengenai ilmu Al Hikmah.
  2. Mempelajari Kitab dan Sumber Tertulis
    Membaca kitab-kitab yang ditulis oleh ulama dan cendekiawan tentang ilmu Al Hikmah juga merupakan cara yang sangat baik untuk memperluas pengetahuan. Kitab-kitab ini sering kali mengandung pelajaran berharga yang bisa dijadikan panduan dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Mengamalkan Ilmu yang Dipelajari
    Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari adalah langkah krusial. Praktik nyata dari ilmu Al Hikmah akan membantu penuntut ilmu untuk menguji pemahamannya dan melihat hasil dari apa yang dipelajari. Melalui praktik ini, seseorang juga dapat merasakan manfaat langsung dari ilmu yang dikuasainya.
  4. Bersikap Terbuka dan Belajar dari Pengalaman
    Menjadi terbuka terhadap pengalaman dan pandangan orang lain juga penting dalam proses belajar. Setiap pengalaman hidup bisa menjadi pelajaran berharga yang dapat mengajarkan makna hakiki dari ilmu Al Hikmah.
  5. Melakukan Dzikir dan Ibadah
    Melaksanakan dzikir dan ibadah secara rutin tidak hanya akan membersihkan hati, tetapi juga memperkuat hubungan dengan Allah. Hal ini akan membawa pencerahan dan kebijaksanaan dalam hidup, serta memudahkan seseorang dalam memahami esensi ilmu Al Hikmah.

Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, penuntut ilmu Al Hikmah dapat memastikan bahwa mereka tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kehidupan nyata. Ilmu Al Hikmah, ketika diterapkan dengan baik, akan menjadi sumber kebijaksanaan yang tak ternilai, membantu seseorang dalam menghadapi setiap aspek kehidupan, serta memperdalam hubungan spiritualnya dengan Allah.

Sebagai penutup, mempelajari ilmu Al Hikmah adalah perjalanan yang tidak hanya mengandalkan pengetahuan, tetapi juga memerlukan sikap rendah hati, ketulusan, dan komitmen untuk terus belajar dan beramal. Dengan niat yang tulus dan praktik yang konsisten, setiap penuntut ilmu dapat meraih keberkahan dan kebijaksanaan dalam hidupnya.

Penutup

Dalam perjalanan meneliti dan mempraktikkan Ilmu Al Hikmah, penting untuk memahami dan menghormati pantangan yang menyertainya. Pantangan Ilmu Al Hikmah bukan hanya sekadar larangan, tetapi merupakan pedoman yang harus diikuti agar praktik ini tetap dalam koridor yang benar dan aman. Mengabaikan pantangan tersebut dapat menyebabkan dampak negatif, baik secara spiritual maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, bagi siapa pun yang ingin mendalami Ilmu Al Hikmah, sebaiknya selalu mematuhi pantangan yang ada dan menjaga niat yang tulus dalam setiap praktik yang dilakukan. Dengan cara ini, kita tidak hanya akan mendapatkan manfaat dari ilmu tersebut, tetapi juga menjaga keseimbangan dalam kehidupan kita secara keseluruhan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *