Slingadigital.com – Wirid Sultan Hasanudin Banten Secara Lengkap. Dalam tradisi spiritual Islam di Indonesia, khususnya di Banten, terdapat sebuah wirid yang sangat dihormati, yaitu Wirid Sultan Hasanudin Banten. Wirid ini tidak hanya memiliki nilai-nilai keagamaan, tetapi juga menyimpan warisan sejarah yang kaya, mencerminkan kebijaksanaan dan kepemimpinan Sultan Hasanudin sebagai tokoh yang berperan penting dalam memperjuangkan agama dan budaya daerahnya.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi makna mendalam dari wirid ini, asal usulnya, serta dampaknya terhadap masyarakat Banten hingga saat ini. Mari kita bersama-sama menggali lebih dalam tentang wirid yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas spiritual dan budaya masyarakat Banten.
Kisah Sultan Hasanudin
Sultan Hasanudin adalah sosok yang tak terpisahkan dari sejarah Kesultanan Banten, yang didirikan pada tahun 1525. Dengan gelar Pangeran Sabakingkin atau Seda Kingkin, beliau berkuasa di Banten dari tahun 1525 hingga 1570 Masehi. Putra dari Wali Songo, Asy-Syeikh Maulana Sultan Syarif Hidayatullah Al-Husaini, atau lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, Sultan Hasanudin merupakan figur sentral dalam pengembangan agama Islam dan pemerintahan di kawasan Banten.
Sultan Hasanudin dikenal sebagai raja pertama yang termahsyur di wilayah tersebut, di mana beliau sering disebut sebagai Sultanul-Auliya Wal Arifin Asy-Syeikh Sultan Syarif Hasanudin Al-Bantani. Di bawah kepemimpinannya, Kesultanan Banten tumbuh menjadi salah satu kerajaan Islam yang signifikan di Pasundan, menjadi pusat perdagangan dan budaya yang mempengaruhi wilayah sekitarnya.
Kesultanan Banten mulai mengukir sejarahnya pada tahun 1526 ketika Kesultanan Cirebon dan Demak melakukan ekspansi pengaruh ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa. Mereka menaklukkan beberapa pelabuhan strategis, menjadikannya pusat perdagangan yang ramai. Dalam konteks ini, Sultan Hasanudin dan ayahnya, Sunan Gunung Jati, memainkan peranan penting dalam meraih kemenangan atas kerajaan Banten yang sebelumnya ada.
Sebelum Sultan Hasanudin dinobatkan sebagai raja, kerajaan ini berlokasi di Banten Girang. Menurut catatan dalam “Banten dalam Perjalanan Jurnalistik” karya Lukman Hakim, setelah penaklukan oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Sunan Gunung Jati dan Sultan Hasanudin, kerajaan Banten mulai berkembang pesat. Mereka tidak hanya menguasai wilayah tersebut, tetapi juga membangun fondasi bagi kemakmuran yang akan datang.
Di bawah kepemimpinan Sultan Hasanudin, Kesultanan Banten meraih kemakmuran yang luar biasa, terutama melalui produksi lada yang menjadi komoditas perdagangan utama saat itu. Lada dari Banten menjadi primadona, menarik perhatian pedagang dari berbagai penjuru, baik lokal maupun internasional. Pada awal masa pemerintahannya, pusat pemerintahan Kesultanan Banten terletak di Banten Girang, di mana semua aktivitas pemerintahan dan perdagangan berlangsung.
Transportasi pada masa itu sangat bergantung pada sungai Cibanten, yang membentang sepanjang 13 km dari Teluk Banten. Sungai ini berfungsi sebagai jalur utama pengangkutan barang dan orang, sehingga memudahkan akses ke daerah-daerah sekitar dan memperkuat jaringan perdagangan yang telah terbentuk.
Kepemimpinan Sultan Hasanudin tidak hanya dikenang karena kemakmuran ekonomi, tetapi juga karena pengaruhnya dalam penyebaran Islam di wilayah Banten dan sekitarnya. Beliau adalah contoh nyata dari pemimpin yang tidak hanya mengandalkan kekuasaan militer, tetapi juga menggunakan kebijaksanaan dan spiritualitas dalam mengelola kerajaan. Sejarahnya mengingatkan kita bahwa Sultan Hasanudin adalah lebih dari sekadar raja; ia adalah pembawa perubahan dan pelindung warisan budaya dan spiritual yang hingga kini masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Banten.
Wirid Sultan Hasanudin Banten
Selanjutnya, kita akan membahas mengenai Wirid Sultan Hasanudin. Wirid adalah serangkaian dzikir atau doa yang dilakukan secara teratur. Biasanya, wirid melibatkan doa dan dzikir yang lebih panjang dan terstruktur, dilakukan pada waktu-waktu tertentu dalam sehari atau seminggu.
Wirid Sultan Hasanudin Banten memiliki keunikan tersendiri dibandingkan wirid lainnya. Bacaan wirid atau tawasul ini sebenarnya ditujukan sebagai hadiah untuk junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, dengan tujuan mendoakan beliau. Berikut adalah bacaan lengkap dari Wirid Sultan Hasanudin Banten :
- Pertama di awali dengan membaca surat Al-fatihah
- Istighfar 3 kali.
- Syahadat 1 kali.
- Sholawat 1 kali.
Bismillahirohmanirohim
Illa hadrotin nabiyyil musthofaa saiyyidina Muhammadain rosullillahi
shollallohu alaihi wa salama wa azwaajihi, wa aulidhii,
wa dzurriyatihi, wa ahli baitihi, wa ikhwanihii minal anbiyaai,
wal mursaliina alihumshsolaatu wa salaama wa aali kulli minhum
ajma’iina, wal malaaikatil muqorrbiina, Syaiulillahum Al-Fatihah…
(Dilanjutkan membaca Al-Fatihah, intinya pada saat ada bunyian Al-fatihah kalian wajib membaca Al-fatihah, begitu setersunya).
Wa ilaa hadroti khulafaa ir-rosyidiinal arba’ati, Abi bakri wa’umar
wa utsman wa’aliy wa jamii’ish shoaabati wal qoroobati wat taabi’iina
wal aimmatil arba’atil mujtahidiina rodhiyallohu anhum, Sayiulillahum Al-Fatihah…Tsumma ilaa hadlroti mursaliana nabiyulloh Khidir alaihis salam, Syaiulillahu Al-Fatihah…
Wa ilaa hadlroti jamii’i auliyaa illahi ta’ala mim masyaa riqil ardhi
ilaa waghoribiha fii barriha wa bahrihaa khusuusoshon ilaa hadlroti
quthbil ghoutsi wa muhyis sunnati wad diini imaaminaa wa qudwatina wa
sayiidina sulthoni auliyaai’sy syeikh Abdul Qodir Jailaini wa Syeikh Abi Hasan Syadizilii
wa syeikh Abii Abdillah Muhammad Ibni Muhammad Ibni Yusuf
Sanusi qodda Sallohu rissohum wa nafa’ana wa azwaajina wa aulaadan wa
dzuriyatina wa jamii’i ahlil Islam bihim wa bibarokatihim wa
bikaromatihim amim yaa robbal alamiina, Syaiulillahum Al-Fatihah…
Wa ilaa hadlroti jamii’l ulamaai Illahi ta’a;a fil masyariqi wal maghirbi khushuson ilaa hadlroti:
Sunan Maulana Malin Ibrahim
Sunan Ampel (Raden Ahmad Rahmatulloh)
Sunan Drajat (Raden Syarifuddin Hasyim)
Sunan Bonang (Raden Machdum Ibrahim)
Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Sunan Gunung Jati (Raden Syarif Maulana Hidayatulloh)
Sunan Giri (Raden Paku Syarif Muhammad Ainul Yaqin)
Sunan Kudus (Syaid Ja’far Shodiq)
Sunan Muria (Raden Umar Said)Wa nafa’ana wa azwaajina wa aulaadana wa dzuriyatina wa jamii’i ahlil Islam
bihim wa bibarokatihim wa bikarohmatihim amiin yaa robbal alamiina Syaiulillahum Al-Fatihah…
Tsumma ila hadlroti:
- Syeikh Maulana Hasanudin (Sultan Banten)
- Syeikh Maulana Yusuf (Banten)
- Syeikh Muhammad Asnawi (Caringin Labuan)
- Kyai Haji Kholil (Bangkalan, Madura)
Karomah Sultan Hasanudin
Setelah mengetahui wirid Sultan Hasanudin Banten, selanjutnya kami akan membahas mengenai karomah Sultan Hasanudin. Karomah ini merupakan salah satu aspek penting dalam pemahaman spiritual dan budaya di masyarakat Banten, yang mencerminkan kekuatan dan keistimewaan yang diyakini dimiliki oleh Sultan Hasanudin.
Salah satu karomah yang paling dikenal adalah kemampuannya untuk membelah arus banjir. Kejadian ini terjadi di lokasi makam Sultan Hasanudin Banten, yang terletak di Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Serang. Pada suatu waktu, daerah tersebut diterjang oleh banjir yang sangat dahsyat, dengan ketinggian air mencapai kurang lebih 2 meter. Banjir ini menggenangi seluruh kawasan religi di Banten Lama, sehingga semua area di sekitar makam terendam, kecuali makam Sultan Hasanudin Banten itu sendiri.
Fenomena yang menarik terjadi ketika air banjir berusaha masuk ke dalam makam. Secara ajaib, arus air tersebut seolah membelah dan terhenti sebelum mencapai makam. Hal ini membuat makam Sultan Hasanudin Banten tetap kering dan tidak terkena banjir, meskipun area di sekelilingnya terendam air. Kejadian ini tentu saja dianggap tidak masuk akal dan memunculkan keyakinan di kalangan masyarakat bahwa makam tersebut dilindungi oleh karomah Sultan Hasanudin.
Karomah ini bukan hanya memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap keagungan dan kekuatan spiritual Sultan Hasanudin, tetapi juga menjadikan makamnya sebagai salah satu tempat ziarah yang sangat dihormati. Banyak peziarah, baik dari dalam maupun luar Jawa, datang untuk memberikan penghormatan dan mencari berkah di makam tersebut. Kunjungan yang terus meningkat ke makam Sultan Hasanudin Banten mencerminkan kepercayaan masyarakat yang mendalam akan karomahnya dan pentingnya peran beliau dalam sejarah serta budaya lokal.
Kisah karomah Sultan Hasanudin menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan spiritual Banten. Selain menambah daya tarik tempat ziarah, cerita ini juga mengajak kita untuk merenungkan kekuatan iman dan keyakinan dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Dengan demikian, makam Sultan Hasanudin Banten tidak hanya sekadar tempat berziarah, tetapi juga merupakan simbol ketahanan dan pengharapan bagi masyarakat.
Penutup
Dalam penutup artikel ini, penting untuk menggarisbawahi bahwa Wirid Sultan Hasanudin Banten bukan hanya sekadar sebuah praktik spiritual, tetapi juga merupakan warisan budaya yang sarat makna. Wirid ini mencerminkan kedalaman spiritual dan kekuatan batin yang dimiliki oleh Sultan Hasanudin, yang menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah Banten. Melalui wirid ini, kita diajak untuk merenungkan nilai-nilai kebijaksanaan, keteguhan hati, dan komitmen untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna.
Dengan memahami dan melaksanakan wirid ini, kita tidak hanya menghormati warisan leluhur, tetapi juga memperkuat koneksi kita dengan aspek spiritual yang dapat membawa kedamaian dan keberkahan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Wirid Sultan Hasanudin Banten dan menginspirasi kita semua untuk terus mengeksplorasi dan mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.